Pada Modul 2 telah
dibahas gaya interaksi sosial (Social
Style), kali ini kita akan membahas gaya kepemimpinan (Leadership Style).
Banyak teori dan konsep
mengenai gaya kepemimpinan (leadership
style), dan ini akan berkembang terus seiring dengan perkembangan dunia
usaha, kemajuan teknologi, dan perubahan prilaku manusia.
Masing-masing teori/konsep
tersebut memiliki keunggulan dalam aspek tertentu, namun dalam konteks
“memahami atasan” tidak perlu mencari teori/konsep mana yang terbaik, karena
tujuan yang ingin dicapai adalah “memahami
gaya kepemimpinan” atasan, bukan untuk mengajarinya, atau memperdebatkan
teori/konsep mana yang terbaik.
Topik Situational Leadership Style berikut ini
cocok untuk mencapai tujuan teresebut diatas. Saya yakin konsep ini sudah
banyak dipahami oleh para Manager dan Pimpinan Perusahaan, namun belum banyak
yang secara sadar menerapkan dilingkungan kerjanya sehari-hari.
Gaya Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership Style)
Konsep ini pertama diperkenalkan
oleh Paul Hersey, professor dan
pengarang buku Situational Leader, bersama Ken Blanchard, guru leadership
dan pengarang buku The One Minute Manager.
Menurut Konsep ini seorang
atasan perlu menerapkan gaya kepemimpinan tertentu dalam menghadapi seorang
bawahan pada situasi tertentu. Jadi, gaya kepemimpinan yang tepat untuk
diterapkan sangat tergantung pada situasi yang sedang dihadapi, tidak permanen,
karena itu konsep ini disebut Situational
Leadership Style.
Untuk menentukan gaya
kepemimpinan yang tepat, situasi yang sedang dihadapi ditinjau berdasarkan
intensitas Dukungan dan Pengarahan yang diperlukan agar bawahan
dapat melaksanakan tugas dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan.
Kedua dimensi tersebut
dipetakan pada sebuah salib-sumbu sehingga menghasikan empat kwadran seperti
pada gambar dibawah ini.
Intensitas kebutuhan akan
Dukungan (Support) dipetakan pada
sumbu veritikal, makin keatas semakin tinggi intensitas dukungan yang
diperlukan.
Seperti Social Style, tidak ada Leadership Style yang terbaik, sesuai
dengan namanya, yang ada adalah
Leadership Style tepat untuk situasi tertentu.
Directing
Diterapkan pada situasi
dimana bawahan masih asing atau belum banyak tahu mengenai situasi yang
dihadapinya, seperti karyawan yang mendapat tugas baru.
Atasan selain menetapkan hasil yang diharapkan, memberikan banyak informasi yang perlu diketahui
oleh bawahan sehubungan dengan tugas yang diberikannya, dan rincian tindakan yang perlu dilakukan.
Dalam proses pelaksanaan
tugas tersebut atasan secara konstan melakukan supervisi terhadap bawahan,
sangat kecil atau dapat dikatakan sama sekali tidak menunjukan prilaku
mendukung pendapat atau keputusan bawahan. Lebih banyak komunikasi satu arah,
seperti orangtua terhadap anak balita.
Coaching
Gaya Coaching serupa dengan dari gaya Directing. Atasan masih memberi pengarahan sangat rinci dan mengambil
keputusan. Bedanya, pada gaya Coaching atasan memberikan dorongan dan minta pendapat dari bawahan ketika menjelaskan keputusan yang
dibuatnya.
Dalam menerapkan gaya ini
atasan berprilaku seperti guru terhadap murid.
Supporting
Dalam gaya ini atasan
lebih banyak memberi kebebasan
kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya, memberi kewenangan memutuskan hal-hal rutin, dan bersedia membantu
penyelesaian masalah yang lebih berat.
Dia memberikan ide dan
pandangannya, namun tidak menentukan keputus-an akhir secara mutlak, lebih
banyak mempercayakan kepada bawahannya, terutama untuk hal-hal yang tidak
kritis. Prilaku mendukung ditunjukkan juga dengan memberi pengakuan/penghargaan
dan dukungan sosial lain yang diperlukan bawahan.
Dalam menerapkan gaya ini
atasan bersikap seperti seorang teman yang tulus kepada bawahannya.
Delegating
Dalam gaya ini atasan mengurangi keterlibatan dalam aktifitas
bawahan karena bawahan dianggap telah memiliki
kemampuan yang dapat diandal-kan untuk melaksanakan tugas itu dan
memberikan hasil yang diharapkan.
Atasan hanya menentukan
rincian tugas dan hasil yang diharapkan, bukan rincian tindakan cara melaksanakan
tugas tersebut.
Atasan sepenuhnya percaya
kepada bawahan, bahwa dia sangat menguasai cara melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Dalam hubungan ini atasan
dan bawahan berperan sebagai orang dewasa yang bertangung-jawab.
Potensi Konflik
Untuk dapat memimpin
secara efektif seorang Pemimpin harus menguasai keempat gaya tersebut diatas,
mampu memilah dan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang
sedang dihadapinya, bukan menerapkan hanya satu gaya kepemimpinan dalam
semua situasi secara permanen.
Namun kenyataannya tidak
demikian, lebih banyak Pemimpin, mungkin tanpa disadari, yang cenderung
menerapkan satu gaya kepemimpinan untuk semua situasi, sehingga sering
menimbukan friksi, bahkan konflik dan ketegangan dengan bawahannya. Jadi Anda,
sebagai bawahan perlu memahami dan beradaptasi dengan gaya tersebut.
Contoh:
Seorang Atasan cenderung
menggunakan gaya kepemimpinan Directing
dalam semua situasi secara permanen.
Dia memberi tugas kepada
semua Sales Profesional dibawahnya dengan cara Directing, merinci banyak hal, seperti:
- Proporsi kontribusi masing-masing pelanggan
- Produk/Solusi yang harus dijual kepada masing-masing pelanggan
- Bagaimana cara menjualnya
- Orang yang harus ditemui di masing-masing perusahaan pelanggan
- Bagaimana memperlakukan orang-orang tersebut
- Dst
Bagi Sales Profesional
yang sudah melayani pelanggannya cukup lama dan menguasai situasi disana, tentu
saja gaya ini akan membuatnya merasa tidak nyaman, karena dia merasa lebih tahu
keadaan dan kebutuhan pelanggannya masing-masing. Jadi instruksi tersebut
dirasakan seperti “mengajari ikan
berenang”. Ikan sudah pandai berenang, jadi tidak perlu lagi diajari, cukup
diberitahu kemana dia harus berenang.
Bila Anda menghadapi
situasi seperti ini, saran saya, beritahu Atasan bahwa anda tahu apa yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Bila Atasan bersikukuh
dengan pendapatnya, dan Anda harus melaksanakan tugas dengan mengikuti caranya,
maka ikuti saja.
Tidak disarankan membantah
atau mendebatnya secara frontal, karena bila ternyata Anda yang benar, Anda
tidak akan mendapat bintang, tapi sebalik-nya bila ternyata Anda salah, Anda
akan mendapat penalti/hukuman. Yang pasti hanya akan berdampak tidak positif
bagi anda, seperti:
- Timbul kesan bahwa Anda adalah seorang “pembangkang”, dan/atau
- Atasan akan mencari-cari kesalahan Anda
Jadi lebih baik ikuti,
dan maklumi saja.
Sebaliknya, bagi seorang
Sales yang baru, gaya Directing tersebut
memang yang diharapkan. Karena dia belum tahu banyak, jadi masih perlu banyak
bimbingan.
Dengan mengenali leadership style Atasan, anda dapat memahami tindakan atau keputusannya, dan memikirkan bagaimana sebaiknya anda bersikap agar berdampak positif bagi hubungan kerja Anda dengan Atasan.
Dengan mengenali leadership style Atasan, anda dapat memahami tindakan atau keputusannya, dan memikirkan bagaimana sebaiknya anda bersikap agar berdampak positif bagi hubungan kerja Anda dengan Atasan.
Bila anda tertarik untuk
mengikuti serial ini lebih lanjut, silakan gabung di milis KarirPD dengan
mengirimkan email kosong ke
Salam,
Virja Dharma Gita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar