15 Desember 2012

Strategi Menuju Sukses: Modul 3 - Memahami Atasan


Pada Modul 2 telah dibahas gaya interaksi sosial (Social Style), kali ini kita akan membahas gaya kepemimpinan (Leadership Style).
Banyak teori dan konsep mengenai gaya kepemimpinan (leadership style), dan ini akan berkembang terus seiring dengan perkembangan dunia usaha, kemajuan teknologi, dan perubahan prilaku manusia.
Masing-masing teori/konsep tersebut memiliki keunggulan dalam aspek tertentu, namun dalam konteks “memahami atasan” tidak perlu mencari teori/konsep mana yang terbaik, karena tujuan yang ingin dicapai adalah “memahami gaya kepemimpinan” atasan, bukan untuk mengajarinya, atau memperdebatkan teori/konsep mana yang terbaik.
Topik Situational Leadership Style berikut ini cocok untuk mencapai tujuan teresebut diatas. Saya yakin konsep ini sudah banyak dipahami oleh para Manager dan Pimpinan Perusahaan, namun belum banyak yang secara sadar menerapkan dilingkungan kerjanya sehari-hari.

Gaya Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership Style)


Konsep ini pertama diperkenalkan oleh Paul Hersey, professor dan pengarang buku Situational Leader, bersama Ken Blanchard, guru leadership dan pengarang buku The One Minute Manager.
Menurut Konsep ini seorang atasan perlu menerapkan gaya kepemimpinan tertentu dalam menghadapi seorang bawahan pada situasi tertentu. Jadi, gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan sangat tergantung pada situasi yang sedang dihadapi, tidak permanen, karena itu konsep ini disebut Situational Leadership Style.
Untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, situasi yang sedang dihadapi ditinjau berdasarkan intensitas Dukungan dan Pengarahan yang diperlukan agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan.
Kedua dimensi tersebut dipetakan pada sebuah salib-sumbu sehingga menghasikan empat kwadran seperti pada gambar dibawah ini.
 
Intensitas kebutuhan akan Pengarahan (Directive) dipetakan pada sumbu horizontal, makin ke kanan semakin banyak dan detail pengarahan yang diperlukan.
Intensitas kebutuhan akan Dukungan (Support) dipetakan pada sumbu veritikal, makin keatas semakin tinggi intensitas dukungan yang diperlukan.
Seperti Social Style, tidak ada Leadership Style yang terbaik, sesuai dengan namanya, yang ada adalah Leadership Style tepat untuk situasi tertentu.
Directing
Diterapkan pada situasi dimana bawahan masih asing atau belum banyak tahu mengenai situasi yang dihadapinya, seperti karyawan yang mendapat tugas baru.
Atasan selain menetapkan hasil yang diharapkan, memberikan banyak informasi yang perlu diketahui oleh bawahan sehubungan dengan tugas yang diberikannya, dan rincian tindakan yang perlu dilakukan.
Dalam proses pelaksanaan tugas tersebut atasan secara konstan melakukan supervisi terhadap bawahan, sangat kecil atau dapat dikatakan sama sekali tidak menunjukan prilaku mendukung pendapat atau keputusan bawahan. Lebih banyak komunikasi satu arah, seperti orangtua terhadap anak balita.
 
Coaching
Gaya Coaching serupa dengan dari gaya Directing. Atasan masih memberi pengarahan sangat rinci dan mengambil keputusan. Bedanya, pada  gaya Coaching atasan memberikan dorongan dan minta pendapat dari bawahan ketika menjelaskan keputusan yang dibuatnya.
Dalam menerapkan gaya ini atasan berprilaku seperti guru terhadap murid.
Supporting
 
Dalam gaya ini atasan lebih banyak memberi kebebasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya, memberi kewenangan memutuskan hal-hal rutin, dan bersedia membantu penyelesaian masalah yang lebih berat.
Dia memberikan ide dan pandangannya, namun tidak menentukan keputus-an akhir secara mutlak, lebih banyak mempercayakan kepada bawahannya, terutama untuk hal-hal yang tidak kritis. Prilaku mendukung ditunjukkan juga dengan memberi pengakuan/penghargaan dan dukungan sosial lain yang diperlukan bawahan.
Dalam menerapkan gaya ini atasan bersikap seperti seorang teman yang tulus kepada bawahannya.
 
Delegating
Dalam gaya ini atasan mengurangi keterlibatan dalam aktifitas bawahan karena bawahan dianggap telah memiliki kemampuan yang dapat diandal-kan untuk melaksanakan tugas itu dan memberikan hasil yang diharapkan.
Atasan hanya menentukan rincian tugas dan hasil yang diharapkan, bukan rincian tindakan cara melaksanakan tugas tersebut.
Atasan sepenuhnya percaya kepada bawahan, bahwa dia sangat menguasai cara melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dalam hubungan ini atasan dan bawahan berperan sebagai orang dewasa yang bertangung-jawab.
Potensi Konflik
Untuk dapat memimpin secara efektif seorang Pemimpin harus menguasai keempat gaya tersebut diatas, mampu memilah dan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang sedang dihadapinya, bukan menerapkan hanya satu gaya kepemimpinan dalam semua situasi secara permanen.
Namun kenyataannya tidak demikian, lebih banyak Pemimpin, mungkin tanpa disadari, yang cenderung menerapkan satu gaya kepemimpinan untuk semua situasi, sehingga sering menimbukan friksi, bahkan konflik dan ketegangan dengan bawahannya. Jadi Anda, sebagai bawahan perlu memahami dan beradaptasi dengan gaya tersebut.
Contoh:
Seorang Atasan cenderung menggunakan gaya kepemimpinan Directing dalam semua situasi secara permanen.
Dia memberi tugas kepada semua Sales Profesional dibawahnya dengan cara Directing, merinci banyak hal, seperti:
  • Proporsi kontribusi masing-masing pelanggan
  • Produk/Solusi yang harus dijual kepada masing-masing pelanggan
  • Bagaimana cara menjualnya
  • Orang yang harus ditemui di masing-masing perusahaan pelanggan
  • Bagaimana memperlakukan orang-orang tersebut
  • Dst
Bagi Sales Profesional yang sudah melayani pelanggannya cukup lama dan menguasai situasi disana, tentu saja gaya ini akan membuatnya merasa tidak nyaman, karena dia merasa lebih tahu keadaan dan kebutuhan pelanggannya masing-masing. Jadi instruksi tersebut dirasakan seperti “mengajari ikan berenang”. Ikan sudah pandai berenang, jadi tidak perlu lagi diajari, cukup diberitahu kemana dia harus berenang.
Bila Anda menghadapi situasi seperti ini, saran saya, beritahu Atasan bahwa anda tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Bila Atasan bersikukuh dengan pendapatnya, dan Anda harus melaksanakan tugas dengan mengikuti caranya, maka ikuti saja.
Tidak disarankan membantah atau mendebatnya secara frontal, karena bila ternyata Anda yang benar, Anda tidak akan mendapat bintang, tapi sebalik-nya bila ternyata Anda salah, Anda akan mendapat penalti/hukuman. Yang pasti hanya akan berdampak tidak positif bagi anda, seperti:
  • Timbul kesan bahwa Anda adalah seorang “pembangkang”, dan/atau
  • Atasan akan mencari-cari kesalahan Anda
Jadi lebih baik ikuti, dan maklumi saja.
Sebaliknya, bagi seorang Sales yang baru, gaya Directing tersebut memang yang diharapkan. Karena dia belum tahu banyak, jadi masih perlu banyak bimbingan.

Dengan mengenali leadership style Atasan, anda dapat memahami tindakan atau keputusannya, dan memikirkan bagaimana sebaiknya anda bersikap agar berdampak positif bagi hubungan kerja Anda dengan Atasan.
Bila anda tertarik untuk mengikuti serial ini lebih lanjut, silakan gabung di milis KarirPD dengan mengirimkan email kosong ke
 
Salam,
Virja Dharma Gita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar